Senin, 21 April 2008

Kesenian Tradisional Banten Bernafaskan Islam

DN. Halwany


Unsur – unsur agama pada kesenian di Provinsi Banten ini masih sangat menonjol, hal ini mudah dipahami melalui latar belakang Banten yang merupakan Kerajaan Islam yang termasyur dan berkuasa di abad 15 – 16. dan ini mempengaruhi sekali dalam Kesenian-kesenian Banten yang bernuangsakan keislaman diantaranya seperti :

Debus Surosowan

Debus Surosowan yang terkenal dengan atraksi – atraksi yang memukau, menakutkan dan menyeramkan seperti atraksi kekepalan tubuh, yang berupa menusukkan jarum panjang ke dalam pipi kiri hingga tembus ke pipi kanan, menahan sayatan sebilah golok pada lidah dan tubuh, menyiramkan air raksa kesekujur tubuh dan banyak lagi atraksi lainnya.

Rudat

Rudat adalah semacam tarian dengan alat musik berupa ganjring atau terbang besar, rebana dan kecrekan, alat – alat ini ditabuh mengikuti irama lagu arab yang syair-syairnya kebanyakan puji-pujian, yang dilantunkan pada setiap pertunjukan.

Patingtung / Penca Silat

Patingtung adalah sebuah irama musik yang biasa digunakan sebagai pengiring tarian pencak silat biasa, yang terdiri dari dua buah gendang kecil, sebuah gong kecil dan sebuah kulenter, biasanya pertunjukan memperlihatkan kebolehan para pesilat memperagakan kesaktian seperti; memukul, menyerang, bertahan, hingga memamerkan kekebalan seperti; disembelih, ditusuk-tusuk dengan senjata tajam dan lain sebagainya.

Syaman

Biasanya dipertunjukan dalam upacara-upacara adat keagaman. Para pemain duduk berkeliling sambil berdzikir semakin lama irama dzikirnya semakin cepat, kemudian mereka bergerak berkeliling mengikuti irama dzikir mereka.

Terbang Gede

Kesenian ini biasanya dipergunakan dalam pawai arak-arakan, dalam pernikahan atau khitanan dengan irama puji-pujian. Alat yang digunakan adalah sepasang gendang dan tiga buah terbang yang sangat besar.

Ketimpring

Ketimpring adalah alat rebana yang berjumlah 12 buah yang terdiri dari terbang besar dan terbang kecil, akan tetapi yang menjadi alat utama hanyalah empat, yaitu pancer, penelu, penyela dan indung, biasanya yang dibawakan adalah lagu-lagu puji-pujian kata-kata arab. Kesenian ini dipergunakan dalam pawai dan arak-arakan, pesta pernikahan dan khitanan dan lain sebagainya.

Baca Syekh

Baca syekh yaitu pembacaan cerita kehidupan syekh Abdul Kadir Zaelani atau Umar Maya, cerita dibacakan dengan beberapa tahapan jika selesai di bacakan satu tahapan narasuber memberikan penjelasan atau komentar tentang apa yang dibacakan, biasanya bacaan ini merupakan nasehat, bacaan ini ada yang menggunakan bahasa arab ada juga bahasa sunda/jawa.

Panjang Mulud

Salah satu budaya kebanggan masyarakat Banten, ritual ini biasa dilakukan pada saat bulan Maulid Nabi, yaitu memperingati lahirnya nabi Muhammad SAW, biasanya mereka membuat panjang yang berisikan makanan dan telur yang dihias dengan keretas krip yang menyerupai bunga dan banyak ragam hias yang lainnya.

Mawalan

Alat-alat yang digunakan adalah beberapa rebana, kesenian ini dimainkan oleh pria dan wanita, biasanya antara 6 – 8 orang, sebelum acara dimulai ayat-ayat suci Al-qur’an dikumadangkan terlebih dahulu. Kemudian sambil menabuh rebana orang –orang menyanyi, kesenian yang populer ini biasa dipertunjukan pada acara khitanan.

Buka Pintu

Kesenian tradisional buka pintu merupakan salah satu kesenian yang bernafaskan islam yang sampai sekarang masih ada dan merupakan adat yang biasa digunakan pada saat acara pernikahan. Kegiatan ini kurang lebih 30 menit, jumlah permainan 2 sampai 8 orang, pada saat pengantin pria datang ke rumah pengantin wanita maka saat itulah dilakukan buka pintu yaitu melakukan tanya jawab perwakilan pengantin pria dengan perwakilan pengantin wanita dengan menggunakan bahasa arab.

Mawaris

Mawaris hamir sama dengan syaman biasanya dipertunjukan dalam upacara-upacara adat keagaman. Para pemain duduk berkeliling sambil berdzikir semakin lama irama dzikirnya semakin cepat, setelah selesai berzikir bisanya para pemain melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Marhaban

Marhaban adalah sebuah ritual keagamaan yang dipadu dengan kebudayaan, acara marhaban dilakukan pada saat cukuran dan pemberian nama pada bayi, yaitu melantunkan puji-pujian yang semakin lama irama puji-pujiannya semakin cepat, setelah selesai melantukan puji-pujian barulah bayi dipotong rambutnya secara simbolis, pemotongan ramut ini bergiliran.

1 komentar: